Oleh
Tristin Hartono (14150098)
Jernihnya
laut terpampang jelas menyambut kedatangan saya ke pelabuhan utama. Hijau emerald dan putih pucat saling
bertabrakan membentuk susunan karang dengan laut. Angin lembut menghibur pohon
nyiur yang menari menghiasi imajinasi pendatang tentang petualangan mereka di
pulau yang masih menjadi bagian dari Ibukota Indonesia ini.
Teriknya
sang Surya tak menghalangi pelancong untuk memulai to-do list mereka dalam menghabiskan akhir pekan disini. Penat yang
menumpuk setelah kurang lebih 2.5 jam terbendung di kapal akhirnya bisa ditumpahkan. Lalu lalang
penumpang pun tak dapat terelakkan.
"Kak
Jenny! Saya Agus dari homestay,"
teriak seorang pria dari pintu pelabuhan menjemput kami ke tempat
peristirahatan. Tak lupa, senyum hangat penduduk terlukis ketika saya dan
teman-teman melewati mereka. "Selamat datang di Pulau Tidung," lanjut
Pak Agus.
Kerikil-kerikil
di jalan mengiringi perjalanan pengunjung pulau yang bersepeda menuju komplek homestay. Selepas itu, pengunjung dapat
berkeliling pulau seluas 109 hektar yang
dihuni oleh kurang lebih 5000 jiwa ini.
Dengan jumlah penduduk yang
cukup banyak jika dibandingkan dengan luas pulau, tak heran jika kita dapat
melihat padatnya rumah-rumah berukuran kecil dan gang-gang sempit yang
bertebaran di sepanjang pulau.
Jembatan Cinta di siang hari, dan Pulau Tidung Kecil (kiri) |
Dipenuhi oleh wisatawan dan tour guide, Pulau Tidung terlihat “tak
ada matinya”. Mulai dari ujung pelabuhan hingga sebuah jembatan yang
menghubungkan Pulau Tidung Besar dengan Pulau Tidung Kecil, semua terlihat
padat dan ramai.
Wahana Banana Boat |
Tak hanya wisata keliling pulau
dan menikmati pantai, pengunjung juga dimanjakan dengan berbagai permainan air
yang dapat menguji adrenalin, seperti Banana
Boat, Ice Cream, maupun Speed Boat.
Tapi, jika Anda ingin menikmati wisata yang lebih aman dan tenang, Anda dapat
mencoba berfoto dengan karang di dasar laut.
Wahana Ice Cream |
Berbekal kacamata selam, kamera underwater, dan seorang tour guide yang juga dapat berfungsi
sebagai kameramen, pengunjung diberikan perlengkapan menyelam seadanya, lalu diantar
ke tengah laut dangkal oleh nahkoda, dan dibiarkan menyelam memberi makan
ikan-ikan hias khas pulau yang tentunya jarang ditemui di Jakarta.
Dibanderol dengan harga yang
cukup bersahabat, yakni sekitar Rp 25-30 ribu, Anda sudah dapat bermain wahana Banana Boat dan Ice Cream bersama orang-orang terkasih.
Jika belum puas bermain air,
Pulau Tidung masih memiliki persediaan amunisi terakhir, yakni Jembatan Cinta,
jembatan penghubung Pulau Tidung besar dan kecil. Menurut mitos yang beredar,
jika sepasang kekasih bergandengan tangan ketika berjalan di sepanjang Jembatan
Cinta, hubungan mereka akan langgeng sampai tua.
Sunset di Jembatan Cinta |
Setelah selesai memanjakan diri
menikmati jernihnya laut, Anda dapat mengistirahatkan diri sejenak menunggu
terbenamnya matahari di ufuk barat. Tentu saja hal ini juga menjadi salah satu
daya tarik Pulau Tidung yang dikelilingi oleh gugusan pantai.
Hanya dengan sedikit mengayuh
sepeda dari homestay, pengunjung bisa
kembali masuk ke area pantai. Berbekal uang Rp 5 ribu, Anda sudah memiliki
akses untuk memarkir sepeda. Tak jauh dari tempat parkir, pengunjung dapat
kembali menemui para penjual makanan khas pulau yang bermunculan saat petang.
Setelah barisan penjual makanan
terlewati, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan kembali ke atas Jembatan
Cinta untuk menikmati terbenamnya matahari. Disinilah spot yang lagi-lagi ramai oleh pengunjung. Tak mau melewatkan
kesempatan, mereka mulai melakukan “ritual” orang kota, yaitu berfoto bersama.
Lelah “berpetualang”, kini
akhirnya para wisatawan dapat membaringkan diri sejenak untuk menyambut esok
hari.
Di hari kedua, pengunjung
kembali disuguhi hangatnya matahari pagi sambil menikmati sarapan yang
disediakan pihak homestay. Sembari
bercengkrama, pengunjung homestay
kembali diingatkan untuk mempersiapkan barang bawaan yang akan dibawa pulang.
Sekitar pukul 11 siang, kapal
jemputan telah tiba dari Jakarta untuk membawa kami pulang ke Pulau Jawa. Cukup
merogoh kocek sekitar 70 ribu rupiah, tiket pulang pergi dengan kapal sudah
didapat.
Jika Anda tak ingin repot mengurus keperluan administrasi di pulau, Anda
dapat menggunakan jasa travel.
Terdapat banyak jasa travel yang menyediakan berbagai paket yang bisa dipilih,
dengan harga mulai Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta, Anda sudah tak perlu repot
memikirkan penginapan dan konsumsi.
Pada akhirnya, satu per satu tempat duduk mulai diisi segerombol orang. Para
wisatawan pun kembali diberangkatkan ke Pulau Jawa dengan memboyong kenangan di
Pulau Tidung yang tak terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar