Selasa, 29 November 2016

Melarikan Diri Menikmati Sunset di Pulau Tidung



Oleh Tristin Hartono (14150098)
 
                Jernihnya laut terpampang jelas menyambut kedatangan saya ke pelabuhan utama. Hijau emerald dan putih pucat saling bertabrakan membentuk susunan karang dengan laut. Angin lembut menghibur pohon nyiur yang menari menghiasi imajinasi pendatang tentang petualangan mereka di pulau yang masih menjadi bagian dari Ibukota Indonesia ini.

                Teriknya sang Surya tak menghalangi pelancong untuk memulai to-do list mereka dalam menghabiskan akhir pekan disini. Penat yang menumpuk setelah kurang lebih 2.5 jam terbendung di kapal akhirnya bisa ditumpahkan. Lalu lalang penumpang pun tak dapat terelakkan.

                "Kak Jenny! Saya Agus dari homestay," teriak seorang pria dari pintu pelabuhan menjemput kami ke tempat peristirahatan. Tak lupa, senyum hangat penduduk terlukis ketika saya dan teman-teman melewati mereka. "Selamat datang di Pulau Tidung," lanjut Pak Agus.

                Kerikil-kerikil di jalan mengiringi perjalanan pengunjung pulau yang bersepeda menuju komplek homestay. Selepas itu, pengunjung dapat berkeliling pulau seluas 109 hektar yang dihuni oleh kurang lebih 5000 jiwa ini.

                Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak jika dibandingkan dengan luas pulau, tak heran jika kita dapat melihat padatnya rumah-rumah berukuran kecil dan gang-gang sempit yang bertebaran di sepanjang  pulau.

Jembatan Cinta di siang hari, dan Pulau Tidung Kecil (kiri)
                Dipenuhi oleh wisatawan dan tour guide, Pulau Tidung terlihat “tak ada matinya”. Mulai dari ujung pelabuhan hingga sebuah jembatan yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dengan Pulau Tidung Kecil, semua terlihat padat dan ramai.

Wahana Banana Boat
                Tak hanya wisata keliling pulau dan menikmati pantai, pengunjung juga dimanjakan dengan berbagai permainan air yang dapat menguji adrenalin, seperti Banana Boat, Ice Cream, maupun Speed Boat. Tapi, jika Anda ingin menikmati wisata yang lebih aman dan tenang, Anda dapat mencoba berfoto dengan karang di dasar laut.

Wahana Ice Cream 
                Berbekal kacamata selam, kamera underwater, dan seorang tour guide yang juga dapat berfungsi sebagai kameramen, pengunjung diberikan perlengkapan menyelam seadanya, lalu diantar ke tengah laut dangkal oleh nahkoda, dan dibiarkan menyelam memberi makan ikan-ikan hias khas pulau yang tentunya jarang ditemui di Jakarta.

                Dibanderol dengan harga yang cukup bersahabat, yakni sekitar Rp 25-30 ribu, Anda sudah dapat bermain wahana Banana Boat dan Ice Cream bersama orang-orang terkasih.

                Jika belum puas bermain air, Pulau Tidung masih memiliki persediaan amunisi terakhir, yakni Jembatan Cinta, jembatan penghubung Pulau Tidung besar dan kecil. Menurut mitos yang beredar, jika sepasang kekasih bergandengan tangan ketika berjalan di sepanjang Jembatan Cinta, hubungan mereka akan langgeng sampai tua.

Sunset di Jembatan Cinta
                Setelah selesai memanjakan diri menikmati jernihnya laut, Anda dapat mengistirahatkan diri sejenak menunggu terbenamnya matahari di ufuk barat. Tentu saja hal ini juga menjadi salah satu daya tarik Pulau Tidung yang dikelilingi oleh gugusan pantai.

                Hanya dengan sedikit mengayuh sepeda dari homestay, pengunjung bisa kembali masuk ke area pantai. Berbekal uang Rp 5 ribu, Anda sudah memiliki akses untuk memarkir sepeda. Tak jauh dari tempat parkir, pengunjung dapat kembali menemui para penjual makanan khas pulau yang bermunculan saat petang.

                Setelah barisan penjual makanan terlewati, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan kembali ke atas Jembatan Cinta untuk menikmati terbenamnya matahari. Disinilah spot yang lagi-lagi ramai oleh pengunjung. Tak mau melewatkan kesempatan, mereka mulai melakukan “ritual” orang kota, yaitu berfoto bersama.

                Lelah “berpetualang”, kini akhirnya para wisatawan dapat membaringkan diri sejenak untuk menyambut esok hari.

                Di hari kedua, pengunjung kembali disuguhi hangatnya matahari pagi sambil menikmati sarapan yang disediakan pihak homestay. Sembari bercengkrama, pengunjung homestay kembali diingatkan untuk mempersiapkan barang bawaan yang akan dibawa pulang.

                Sekitar pukul 11 siang, kapal jemputan telah tiba dari Jakarta untuk membawa kami pulang ke Pulau Jawa. Cukup merogoh kocek sekitar 70 ribu rupiah, tiket pulang pergi dengan kapal sudah didapat.

Jika Anda tak ingin repot mengurus keperluan administrasi di pulau, Anda dapat menggunakan jasa travel. Terdapat banyak jasa travel yang menyediakan berbagai paket yang bisa dipilih, dengan harga mulai Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta, Anda sudah tak perlu repot memikirkan penginapan dan konsumsi.

Pada akhirnya, satu per satu tempat duduk mulai diisi segerombol orang. Para wisatawan pun kembali diberangkatkan ke Pulau Jawa dengan memboyong kenangan di Pulau Tidung yang tak terlupakan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar