Oleh
Tristin Hartono (14150098)
sumber: antvklik.com |
Musim semi sudah datang!
Inilah saatnya bagi para petani di China untuk segera melakukan perayaan besar.
Festival kebudayan ini sudah menyebar hingga ke Indonesia, Tahun Baru Imlek
namanya. Di China, festival ini diadakan untuk merayakan hari pertama musim
semi.
Tak hanya masyarakat
etnis Tionghoa, namun hampir seluruh kota besar di Indonesia turut memeriahkan
acara kebudayaan ini. Misalnya rangkaian ornamen yang didominasi warna merah
dapat kita lihat meramaikan tempat tertentu seperti pusat barang grosir
(khususnya Jakarta Pusat), bank, hingga beberapa pusat perbelanjaan.
Bagi etnis Tionghoa
sendiri, momen Imlek digunakan sebagai kesempatan untuk bertemu dan bercengkrama
dengan anggota keluarga yang jarang ditemui. Nah, saya yang sudah merayakan
Imlek sejak kecil pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Yap, angpao!
Amplop khas berwarna merah yang biasanya dihiasi
oleh motif atau gambar lucu ini memiliki daya tarik tersendiri untuk setiap
orang. Mulai dari desain hingga jumlah isi angpao adalah hal yang disukai
setiap orang yang menerimanya.
Selain angpao, masih banyak aksesoris lain yang
“menghiasi” Tahun Baru Imlek, seperti barongsai,
pakaian baru berwarna merah, pohon dengan bunga sakura yang diberi hiasan
angpao, lampion kertas yang digantung di langit-langit rumah, dan tak lupa,
ragam hidangan khas Tionghoa yang disajikan dalam jumlah besar.
sumber: surabayatimes.com |
Hidangan
Khas Imlek
Perayaan Imlek berlangsung selama 2 hari atau lebih,
tergantung seberapa banyak keluarga yang harus dikunjungi. Di hari pertama, tuan
rumah yang melakukan open house
biasanya menyajikan banyak makanan ringan (snack)
hingga makanan berat.
Makanan khas yang wajib ada saat Imlek adalah
beragam jenis kue kering, seperti kue nastar, kue putri salju, kastengel, lidah
kucing, dan kue kacang. Selain itu, hidangan utama yang biasanya terdiri dari
mi, seafood, dan berbagai jenis
daging halal dan non halal pun tak boleh ketinggalan.
Tak hanya beragam, beberapa makanan khas ini juga
memiliki nilai tersendiri. Contohnya adalah kue nastar yang melambangkan
keberuntungan. Berasal dari Bahasa Hokkian, “ong lai” yang secara harafiah berarti pir emas, kue nastar juga
berarti keberuntungan datang. Warna emas yang terpancar dari kue nastar, serta
lembut dan manisnya nanas dalam balutan adonan kue melambangakan rezeki
berlimpah. Semakin banyak isi nanas, semakin berlimpah juga rezekinya.
Selanjutnya ada mi goreng yang berarti anugerah umur
panjang, kebahagiaan, dan rezeki melimpah bagi setiap orang yang memakannya.
Selain kue dan hidangan utama, ada juga jeruk yang disajikan bersama daun dan
tangkainya. Jeruk yang berwarna emas dan agak berat diartikan sebagai emas,
sedangkan adanya tangkai dan daun berarti kemakmuran dan kesejahteraan yang
akan selalu tumbuh.
sumber: asumsi.co |
Ritual
Kegamaan
Tahun Baru Imlek identik dengan ritual salah satu
agama yang diakui di Indonesia, yakni agama Budha. Saat hari pertama Imlek,
umat Budha biasanya mengunjungi kelenteng atau vihara di pagi hari untuk
melakukan sembahyang kepada leluhur. Setelah itu, akan ada beberapa anak remaja
yang menampilkan pertunjukkan barongsai di
sekitar kelenteng atau vihara.
sumber: kelanakota.suarasurabaya,net |
Kata “barongsai”
berasal dari gabungan 2 bahasa, yakni Bahasa Bali dan Tionghoa dialek Fujian (Hokkien). Secara etimologis, barongsai terbagi menjadi 2 kata,
“Barong” (Bali) dan “Sai” (Tionghoa), yang sama-sama berarti “singa”.
Wu Chenxu, Guo Licheng dan Ye Deming dalam bukunya Zhongguo
de Fengsu Xiguan (Taipei, 1977) mengatakan bahwa bangsa Tionghoa adalah
bangsa yang mengutamakan kebersamaan dan tidak bersifat individualis.
Pertunjukkan barongsai yang
melibatkan belasan orang adalah salah satu contohnya. Setiap pemain barongsai memiliki tugas masing-masing.
Tidak ada tugas yang tidak lebih penting dari yang
lainnya. Satu tim barongsai
membutuhkan 2 hingga 3 orang untuk membawakan tarian dengan kostum singa, lalu
ada anggota lain yang memainkan alat musik khas, seperti simbal (cai-cai), gong (nong), dan tambur. Setiap anggota tim harus saling kompak
memberikan pertunjukkan, di sanalah kerja sama dan kekompakan dibutuhkan.
sumber: telegraph.co.uk |
Perayaan
Pasca Imlek
Selama seminggu sejak hari pertama perayaan Imlek,
masyarakat etnis Tionghoa tidak diperbolehkan untuk menyapu atau membersihkan
rumah mereka. Konon katanya, jika kita menyapu rumah berarti menyapu (mengusir)
rezeki yang datang saat Imlek berlangsung.
Lima belas hari setelah Tahun Baru Imlek, ada
perayaan lagi yang dirayakan, yaitu Cap Go Meh. Secara harafiah, Cap Go Meh
berarti “lima belas malam”, berasal dari dialek Hokkien. Ini adalah hari
terakhir perayaan Imlek, di mana etnis Tionghoa melakukan tradisi makan onde
dan kue keranjang.
Kue onde yang berbentuk seperti bola dengan taburan
biji wijen di luarnya akan mengembang ketika digoreng, ini melambangkan
keberuntungan yang semakin bertambah seiring “dimasak”, sedangkan kue keranjang
atau “Nian Gao” yang berarti kue
tahunan juga mempunyai artinya tersendiri.
sumber: indonesia-tourism.com |
Secara filosofis, kue keranjang yang terbuat dari
tepung ketan dan memiliki sifat lengket memiliki arti persaudaraan yang sangat erat dan menyatu. Rasa kue keranjang yang manis juga menggambarkan rasa suka cita
dan kegembiraan.
Bentuk kue yang bulat dan tak bersudut juga mempunyai
maknanya tersendiri, bentuk ini melambangkan hubungan keluarga yang tidak
melihat ada yang lebih penting selain keluarga dan akan selalu bersama tanpa
batas waktu.
Zaman boleh berubah, generasi akan berganti seiring
waktu, umur akan semakin berkurang yang berarti momen berkumpul kembali dengan
sanak saudara akan berkurang, namun sifat tahan lama kue keranjang dapat
mewakili pesan yang harus diingat setiap generasi etnis Tionghoa; hubungan
keluarga akan tetap abadi meski zaman sudah berganti.
sumber: id.openrice.com |