Oleh Tristin Hartono (14150098)
Matahari pagi kemerahan memunculkan bayangan dari
daun-daun hijau kekuningan yang tergantung lemas. Ladang sawah yang membentang
di tengah tebing menampakkan wujudnya, menandakan tanaman siap dipanen. Tak
hanya itu, kegiatan wisata juga hampir dimulai, ditandai dengan bertambahnya
jumlah pesepeda yang mengayuh kendaraan mereka ke arah puncak.
Di sanalah Dedi melakukan perjalanan bersama rekan dan
istrinya menikmati ciptaan Tuhan yang baru mereka ketahui ini. Membayangkan
hasil pemandangan yang akan didapatnya nanti, membuat dirinya semakin semangat
melangkah, dengan harapan, jerih payah yang ia keluarkan dapat terbayar dengan
sajian alam yang menakjubkan, Dedi tetap menyunggingkan senyum penuh gairahnya
menapaki belokan-belokan di jalan setapak itu.
Hamparan sawah di sekitar rumah penduduk |
Pohon-pohon menjulang tinggi di sebelah kiri jalan
setapak yang harus dilalui wisatawan untuk mencapai puncak. Jika wisatawan
tidak ingin merasa lelah atau tidak kuat dengan perjalanan menanjak yang
panjang, wisatawan dapat menyewa ojek yang dibanderol Rp25 ribu untuk satu
kali perjalanan.
Sebenarnya perjalanan tersebut dapat ditempuh dengan
mobil, namun kendalanya terdapat pada jalanan yang belum selesai diperbaiki,
sehingga wisatawan mau tidak mau harus menempuh lagi perjalanan dengan berjalan
kaki sejauh 3 KM. Namun Anda tak perlu khawatir, pasalnya, matahari yang bersinar
tidak terlalu terik dan udaranya juga tidak pengap seperti di kota.
Tantangan terberat yang harus dihadapi wisatawan yaitu
tanjakan terakhir yang kemiringannya kurang lebih mencapai 150 derajat. Namun tak perlu
cemas, pintu masuk Tebing Keraton sudah berdiri tegak di depan mata. Para
pedagang makanan kecil dan air mineral juga siap sedia melayani permintaan
pengunjung yang kelelahan. Jika sudah cukup melepas lelah, kita bisa langsung
masuk ke dalam area wisata.
Lengkungan pintu gerbang yang dibuat dari batu menjulang di atas permukaan aspal. Kita dapat membeli tiket masuk dari loket yang berada
di pintu masuk. Dengan membayar Rp11 ribu untuk wisatawan domestik dan Rp76 ribu untuk wisatawan asing, pengujung sudah dapat menikmati indahnya
pemandangan hutan lindung dari tebing yang diberi pagar kayu.
Sedikit
berjalan masuk setelah pintu gerbang, terdapat sebuah gazebo yang dilengkapi dengan meja dan kursi kayu agar pengunjung
dapat merasa seperti sedang berada di alam bebas. Di sana pengunjung dapat
bercengkrama sambil menikmati bekal yang mereka bawa, atau bisa langsung
melewati jalan setapak menuju ujung tebing yang dihiasi pohon dan rerumputan,
serta terdapat batu-batu besar yang
terlihat unik karena hanya dapat dijumpai di ujung tebing.
Pemandangan sebelah kanan dari Tebing Keraton |
Sejarah Tebing Keraton
Tebing Keraton
ini dibuka menjadi tempat wisata sejak bulan Agustus 2014. Terletak di daerah
Patahan Lembang, area wisata ini satu paket dengan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda yang dibagi juga menjadi beberapa blok, yaitu Monumen Ir. H. Djuanda,
Curug Dago, Museum Ir. H. Djuanda, outbound,
Goa Jepang, Goa Belanda, Curug Omas, penangkaran rusa, dan Curug Koleang
Sejarah nama “Tebing Keraton” berasal dari komunitas
mahasiswa pesepeda dari Yogyakarta yang datang ke tebing ini lalu mengunggah
foto tebing ini
beserta kegiatan mereka ke media sosial dan memberi nama "Tebing Keraton". Sejak
saat itu nama Tebing Keraton menjadi semakin dikenal oleh masyarakat luas dan
pengunjung mulai datang bergerombolan untuk bersepeda atau hanya menikmati
pemandangan alam.
Area
ini diambil menjadi tempat wisata karena pemerintah dan dinas kehutanan
setempat khawatir jika pengunjung semakin banyak dan area ini masih terlantar,
tempat ini akan dirusak oleh manusia yang tidak bertanggungjawab. Jadi,
sebaiknya pemerintah membuat area tebing ini menjadi tempat wisata dan dijaga
dengan baik sebelum terlanjur ‘dirusak’. Tidak hanya menyediakan pemandangan
yang memukau, pengunjung juga mendapat fasilitas keamanan berupa asuransi.
Jika dihitung dari mulai diresmikan sebagai tempat wisata pada Agustus sampai Desember 2014, jumlah pengunjung yang datang ke Tebing Keraton ada sekitar 500 sampai 700 orang termasuk hari Sabtu dan Minggu. Dibuka mulai pukul 4:30 pagi, area ini tak pernah sepi pengunjung sampai waktunya ditutup pada pukul 6 sore.
Prospek
ke Depan
Menurut Iwa Kartiwa, Kepala Pengelola Tebing Keraton,
jika sebuah kawasan wisata belum berjalan selama 5 tahun, maka masih dianggap
baru dan membutuhkan adanya pembangunan, misalnya toilet, jalanan, serta
sarana, dan pra-sarana. Sedangkan jika sudah melebihi 5 tahun, maka disebut
perbaikan. Sedangkan Tebing Keraton yang baru berjalan hampir 2 tahun masih
membutuhkan banyak hal baru yang harus ditambah seperti jalanan setapak yang
tidak licin dan berbatu, shelter
untuk kendaraan, gazebo, serta camping ground.
Untuk kedepannya, pihak Tebing Keraton rencananya akan membuat lampu penerangan di jalanan setapak dalam area wisata, “Tebing Keraton ini ada rencana dibuka untuk malam juga, karena kita sebagai pengelola lapangan dan pihak terkait di lapangan sudah mengukur jalan untuk lampu penerangan, “ ujar Iwa. Tujuannya, yaitu agar jika sudah dibukanya wisata malam, wisatawan dapat berjalan tanpa direpotkan oleh penggunaan senter atau alat penerangan lain.
Tidak hanya fasilitas, namun mereka juga bertekad untuk memberikan pengamanan wilayah yang lebih intens melalui tenaga kerja yang dapat berinteraksi secara baik dengan masyarakat. Oleh karena itu, maka pihak Tebing Keraton merekrut anggota penjaga keamanan yang mumpuni, misalnya partisipan dari masyarakat.
“Ada masyarakat sekitar sini yang tergabung dalam partisipatif. Partisipatif itu adalah sekelompok masyarakat atau perwakilan dari desa yang diperbantukan oleh dinas kehutanan, “ jelas Iwa.
Adanya tim perwakilan dari desa untuk menjaga keamanan Tebing Keraton membuat
hubungan antara penjaga Tebing Keraton dengan masyarakat di lingkungan
sekitarnya tidak terlihat begitu kaku atau canggung karena kebanyakan dari
mereka sudah cukup mengenal satu sama lain.
Waaaaawww.. Aku baru tau ada Tebing Keraton di Bandung. Jadi pengen kesana dehhh... Hasil karya tulisan tangan kamu menarik banget!!!
BalasHapusPengennnn 😘😘😘😘😘 please comment back
BalasHapussempat kecewa karena kemarin cuacanya hujan jadi ga sempat main kesana, tapi setelah baca feature ini, kecewa sudah sedikit terbayarkan. good luck tristin, semangatt !!
BalasHapuswaaah jadi pengen kesana tapi sayangnya gaada yang nemenin... btw, saya sangat suka dengan karya kamu, pemilihan bahasa yang tepat! keep it up luffy!
BalasHapusGaya penulisan yang cair membuat pembaca dengan mudah memahami artikel anda, namun peletakkan gambar dengan frasa yang ada masih kurang sesuai, overall, nice
BalasHapuspengen kesana tin jadinyaaaaa:3 bagus featurenya!
BalasHapussangat detail dan gaya penulisan nya sangat oke , human interest nya sih dapet , aku sih yes
BalasHapusBaguss weh
BalasHapus